Jangan Lupa di Like Ya Sobat

×

Thursday, July 18, 2013

Kegiatan dan Media Publikasi Oksidentalisme

Kegiatan dan Media Publikasi Oksidentalisme
Oleh: Agus Salim dan Fikri Noor Al Mubarok

A.    Pendahuluan
Oksidentalisme adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Barat, seperti kebudayaan, bangsa, penduduk, ide-ide, model-model pemikiran, tingkah laku, pandangan hidup, sudut pandang, agama, dan lain-lain.[1]
Sebagai suatu ilmu, dalam kelahiran, pertumbuhan, dan perkembangannya, pasti akan berlaku adanya konsep profesionalisme, interaksionisme, dan dialektika atau kausalitas. Hubungan kelahiran antara Oksidentalisme dan Orientalisme tidak keluar dari koridor itu. Apa yang selama ini diyakini oleh sebagian orang tentang kelahiran Oksidentalisme dan Orientalisme, sebetulnya sudah dialami juga oleh sejarah kelahiran Orientalisme itu di era klasik dunia Islam berabad-abad lalu.[2]
Berdasarkan atas apa yang telah dikemukakan diatas, dapatlah dikatakan bahwa sampai saat ini istilah Oksidentalisme tidak mudah dijumpai dalam literatur-literatur Barat ataupun Timur.[3] Hal ini dikarenakan beberapa hal, seperti adanya sikap acuh terhadap Barat, adanya sikap inklusif terhadap Barat, dan adanya kenyataan bahwa kajian mengenai Barat telah tuntas dilakukan oleh Barat sendiri.
Dalam suatu diskusi kecil dengan penanggung jawab bidang studi lintas agama di sebuah Universitas Katolik terkenal di Belanda, diperoleh penjelasan, bahwa hal-hal yang berhubungan dengan peradaban dan kebudayaan Barat, termasuk agamanya, sudah tuntas diteliti mereka sendiri, tidak ada yang tersisa, sampai sekecil-kecilnya. Berbeda dengan dunia Timur yang masih perawan, bagaikan hutan belantara yang belum terjamah. Birahi Barat muncul seketika, kalau bersntuhan dengan Timur. Timur bagaikan labolatorium tempat Barat menerapkan ilmu dan menguji coba metode-metodenya dan melahirkan ilmu-ilmu baru. Timur adalah obyek ilmu bagi Barat.[4]
Dalam perjalanannya, sekarang Timur mulai ingin tampil sebagai subyek yang mengkaji Barat secara akademik dari kacamata Timur sendiri, bukan untuk menguasai atau mendominasi (kolonialisme), tapi diharapkan, studi ini akan menjadi kajian budaya dan sosial yang paling prospektif di masa depan.[5]
Beberapa cendekiawan muslim telah mulai untuk melakukan studi tentang hal ini. Selanjutnya hasil studi tersebut tidak hanya mandek pada sebatas itu saja, namun ada sebuah gerakan tindak lanjut. Studi Oksidentalisme ini kemudian disebarluaskan dan  diajarkan dengan berbagai media massa. Mulai darisini penulis merasa tertarik untuk “sekedar” mencari tahu bagaimana dan apa saja kegiatan dan media publikasi yang telah dilakukan selama ini mengenai ilmu ini. Tulisan berikut ini akan mencoba memaparkan tentang  kegiatan dan media publikasi Oksidentalisme yang ada selama ini dengan sebatas kemampuan penulis.
B.     Kegiatan dan Media Publikasi Oksidentalis
Secara etimologis kata kegiatan diartikan dengan aktivitas, usaha, pekerjaan, kekuatan dan ketangkasan.[6] Sedangkan media menurut KBBI adalah alat, sarana komunikasi, perantara, dan penghubung.[7] Adapun publikasi berarti pengumuman dan  penerbitan.[8]
Jadi Kegiatan dan media publikasi Oksidentalisme adalah aktivitas, usaha, pekerjaan untuk melakukan pengumuman Oksidentalisme dengan menggunakan alat, sarana komunikasi, perantara dan penghubung untuk melakukan pengumuman tersebut.
Sejauh penelusuran penulis Oksidentalisme memiliki beberapa kegiatan antara lain:
1.      Mengirim para mahasiswa dan mahasiswi untuk studi di negara-negara Barat.
Kegiatan ini dimulai oleh penguasa diktator Mesir pasca Napoleon bernama Muhammad Ali. Pada masa menjabat sebagai penguasa pada masa itu, beliau sangat gencar mengirim beratus-ratus pemuda Mesir untuk belajar di Perancis, Inggris, Italia, dan Austria. Ini mengingatkan orang kepada apa yang pernah diperbuat dan dihasilkan oleh kaum muslimin di abad ke-9-11 M. Transfer ilmu ini diperuntukkan untuk kemajuan Mesir khususnya dan dunia Islam pada umumnya, sama halnya yang dilakukan Malaysia akhir-akhir ini.[9]
Pemikiran dan usaha yang dilakukan ini didukung oleh juniornya, seperti al-Tahtawi, Jamaluddin al-Afghani, dan Muhammad Abduh. Ketiga tokoh ini, dan Muhammad Ali terpandang sebagai modernisator dan reformator, pelopor pembaharuan dan gerakan pemikiran Islam yang dilancarkan di Mesir dan di Perancis. Mereka juga membuka jalan ke arah Oksidentalisme, dan bahkan dapat dianggap sebagai tokoh-tokoh pelopornya, sesuai dengan aksi, tujuan, dan cara pandang atau metode pikir mereka.[10]
Tradisi pengiriman ini terus berkanjut sampai sekarang. Saat ini, pengiriman mahasiswa tidak hanya dilakukan di negara eropa tapi sudah mulai meluas ke Amerika, Kanada, dan Australia.[11]
2.      Mendatangkan guru, pengajar, dosen, dan cendekiawan Barat untuk mengajar di daerah Timur.
Pada masa kepemimpinan Muhammad Ali, beliau juga mendatangkan para guru yang bearasal dari Eropa untuk mengajar di Mesir. Kegitan ini bertujuan untuk memajukan Mesir yang pada saat itu baru terbebas dari kolonialisme Perancis. Guru-guru yang didatangkan mengajar di sekolah-sekolah yang telah beliau dirikan. Guru-guru tersebut mengajarkan berbagai ilmu, seperti militer (1815), teknik (1816), kedokteran (1827), penerjemahan (1836), dan ilmu-ilmu lain.[12]
Pada masa sekarang, kegiatan ini juga telah dilakukan oleh beberapa sekolah yang mengkaji Oksidentalisme, sepeti ISTAC yang berada di Malaysia.
3.      Mendirikan sekolah, universitas, dan lembaga-lembaga lain yang mengkaji Oksidentalisme.
Sebelum mendatangkan guru-guru Barat untuk mengajar di Timur, tentu perlu adanya suatu wadah untuk mengajar. Pada masa Muhammad Ali telah didirikan beberapa sekolah. Selanjutnya pada masa sekarang beberapa universitas juga mulai didirikan. Seperti, Ibn Khaldun di Bogor, INSIST  yang didirikan oleh Fahmi Zarkasyih dan, Pasca Sarjana Institut Studi Islam Darussalam Gontor, dan Universitas ISTAC di Malaysia yang didirikan Nuqaib al-Atas pada tahun1978, dan lain-lain.
4.      Melakukan seminar, diskusi, pengajian, dan kajian-kajian yang berkaitan dengan Oksidentalisme.
Beberapa seminar-seminar juga telah dilakukan oleh para alumni mahasiswa ISTAC yang berada di Indonesia seperti Ardin Armas, Henry Shalahuddin, dan Dr Syamsuddin Arif. Seminar ini sering diadakan di beberapa universitas di Indonesia dan didokumentasikan yang kemudian dipublikasikan ke berbagai media massa. Selain itu, dari pihak INSIST juga telah melaksanakan ratusan kali seminar, workshop, dan latihan untuk para dosen, mahasiswa, pimpinan pesantren, kalangan profesional dan sebagainya. Ribuan orang telah mengikuti workshop-workshop INSIST di berbagai belahan dunia (Indonesia, Malaysia, Mesir, Arab Saudi dan lain-lain).[13]
5.      Membuat artikel, jurnal, buku, dan tulisan-tulisan yang membahas tentang Oksidentalisme.
Sejauh pengetahuan penulis artikel, buku, dan tulisan-tulisan tentang Oksidentalisme bisa dikatakan masih sangat minim. Hanya beberapa saja tulisan yang membahas Oksidentalisme. Seperti, buku Oksidentalisme: Sikap Kita  terhadap Tradisi Barat, yang berupa terjemahan dari buku Muqaddimah Fi ‘Ilm al-Istighrab karya Hassan Hanafi. Selain itu, ada juga terdapat buku yang tampil dengan judul Oksidentalisme: Image Of The West yang terbit tahun 1995. Pada tahun 2004, terbit buku yang berjudul Occidentalisme, Het Westen in De Ogen Van Zijn Vijanden karya Ian Buruma dan diterbitkan oleh penerbit Atlas, Amsterdam/Antswerpen.
Ada juga artikel dan jurnal-jurnal yang muncul, seperti Majid Fakhry tentang Fundamentalisme dan Oksidentalisme oleh Alef Theria Wasim, Orientalisme dan Oksidentalisme oleh Muzairi, dan Oksidentalisme oleh Burhanuddin Daya. Ketiga artikel ini dapat dianggap sebagai langkah awal memperkenalkan Oksidentalisme kepada masyarakat akademik indonesia. Dan masih ada beberapa sedikit karya lagi yang masih belum penulis sebutkan.
Pada masa sekarang ini orang-orang tahu bahwa media massa, merupakan sentra dan pusat gambaran tentang posmodernisme dan sekaligus menjadi penentu yang paling dominan bagi peradaban global di era manusia sekarang. Saat ini media adalah penguasa dan tuan manusia. Sebab itu, visi dan misi media massa sangat menentukan dan mewarnai dasar, arah, tujuan, dan corak pencapaiannya. Media massa adalah juga alat kekuasaan, menonjolkan superioritas budaya, mengusung ide yang ideal serta kenyataan faktual setelah dipoles berdasarkan visi dan misi yang filosofis-politis. Ia juga merupakan senjata yang sungguh-sungguh teramat penting bagi suatu negara, sepenting gudang persenjataan untuk menaklukkan dan menundukkan suatu bangsa.[14]
Kegiatan publikasi Oksidentalisme juga tidak terlepas dari adanya suatu media. Dan hal ini merupakan suatu keniscayaan. Dalam perjalanannya kegiatan publikasi Oksidentalisme menggunakan berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Dari media cetak, publikasi telah dilakukan dengan menerbitkan berbagai tulisan, artikel yang diterbitkan berbagai koran seperti republika dan majalah seperti  spanduk dan iklan tentang berita adanya seminar atau kajian tentang Oksidentalisme, buku-buku, dan lain-lain. Sedangkan dari media elektronik juga telah dilakukan publikasi. Seperti video kajian yang ada di youtube dan situs-situs video lainnya, adanya blog-blog atau webset yang berisi tulisan Oksidentalisme, dan lain-lain.
C.    Penutup
Demikianlah pemaparkan tentang  kegiatan dan media publikasi Oksidentalisme yang ada selama ini dengan sebatas kemampuan penulis. Dari tulisan diatas dapatlah kita ambil intisari bahwa selama ini Oksidentalisme juga telah melalui berbagai kegiatan dan media publikasi, seperti mengirim para mahasiswa dan mahasiswi untuk studi di negara-negara Barat, mendatangkan guru, pengajar, dosen, dan cendekiawan Barat untuk mengajar di daerah Timur, mendirikan sekolah, universitas, dan lembaga-lembaga lain yang mengkaji Oksidentalisme, melakukan seminar, diskusi, pengajian, dan kajian-kajian yang berkaitan dengan Oksidentalisme, dan membuat artikel, jurnal, buku, dan tulisan-tulisan yang membahas tentanga Oksidentalisme. Semua kegiatan ini dipublikasikan oleh berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik, seperti buku, artikel, situs-situs yang membahas Oksidentalisme. Tulisan ini jauhlah dapat dikatakan sebagai sempurna. Penulis hanya bisa berharap akan adanya kritikan dan saran dari pembaca, sehingga tulisan ini bisa menjadi lebih baik lagi. Dan harapan penulis juga, semoga dari tulisan ini pembaca dapat mendapatkan wawasan lebih tentang studi Oksidentalisme ini.

(Tulisan ini dibuat di Yogyakarta, 19 Juli 2013, bagi para agan yang ingin mengutip/menjadikannya sebagai rujukan tulisan ini silakan dituliskan nama penulis tulisan ini, n thank for your visit)



DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin Daya, Pergumulan Timur Menyingkap Barat: Dasar-Dasar Oksidentalisme, Yogyakarta: Suka Press, 2008
Http:/m.voa-Islam.com/news/indonesiana/2013/01/29/22949/anak-muda-INSIST-yang-mendunia-dan-menggetarkan-musuh-Islam/html. Diakses pada hari Sabtu, 30 Maret 2013, pukul 8.23.





[1] Burhanuddin Daya, Pergumulan Timur Menyingkap Barat: Dasar-Dasar Oksidentalisme, cet I, (Yogyakarta: Suka Press, 2008), hlm 89.
[2] Ibid., hlm 88.
[3] Ibid.
[4] Ibid., hlm vii
[5] Ibid., hlm 87.
[6] KBBI offline versi 1,3 tahun 2010-2011. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) versi offline mengacu pada data dari KBBI daring (edisi III).
[7] Ibid.
[8] Ibid.
[9] Ibid., hlm xvi.
[10] Ibid., hlm xvi.
[11] Ibid., hlm xvii.
[12] Ibid., hlm xvi.
[13] Http:/m.voa-Islam.com/news/indonesiana/2013/01/29/22949/anak-muda-INSIST-yang-mendunia-dan-menggetarkan-musuh-Islam/html. Diakses pada hari Sabtu, 30 Maret 2013, pukul 8.23.
[14] Burhanuddin Daya, Pergumulan Timur...,  hlm xiv.

0 comments

Post a Comment