Jangan Lupa di Like Ya Sobat

×

Tuesday, July 23, 2013

BIOGRAFI AMINA WADUD



Siapa yang tidak kenal dengan Amina Wadud. seorang tokoh Feminis di abad 21 ini telah memberikan sumbangan pemikirannya yang sangat kontrofersial. Banyak pemikiran-pemikiran beliau yang bertentangan dengan apa yang telah ada dan diyakini oleh para umat muslim di dunia. Tanpa berpanjang lebar lagi, berikut akan dipaparkan BIOGRAFI AMINA WADUD serta alur perjalanan hidupnya. 
Belum ada penulis yang membahas biografi Amina Wadud secara lengkap. Biografinya hanya memuat sedikitnya karya-karya ilmiah beliau yang sampai di Indonesia. Berkaitan dengan tempat kelahirannya, juga masih terjadi ketidakjelasan. Charlez Kurzman mencatat bahwa Amina Wadud dilahirkan di Amerika Serikat pada tahun 1952. Berbeda dengan apa yang dicatat oleh Indun Fanani bahwa Amina Wadud dilahirkan di Malaysia pada tahun 1952. Sejak kecil, ia gemar membaca. Meskipun demikian, ia tidak terlalu terpesona dengan cerita-cerita yang bertemakan “gadis yang diselamatkan” dan “laki-laki pemberani”. Tetapi ia terpesona dengan kata-kata yang mampu memberikan makna dan dimensi, kata-kata yang mampu memberikan (mempengaruhi) tujuan terhadap kehidupan pribadinya.
Pendidikan dasar hingga perguruan tingginya diselesaikan di Malaysia dan memperoleh gelar sarjana di Universitas Antar Bangsa. Pada tahun 1986, Amina Wadud memulai studi masternya di Michigan University dan diselesaikan pada tahun 1989. Saat ini, Amina Wadud adalah seorang profesor di Universitas Commonwealth di Richmond, Virginia. Selain itu, ia menjadi seorang peneliti dan dosen tamu pada sekolah Divinity Harvard sehingga kehidupannya banyak diwarnai dengan riset-riset pada almamaternya.
Sebagai seorang teolog dan aktivis, Amina Wadud telah melakukan kunjungan secara ekstensif, yang meliputi kunjungan secara Nasional maupun Internasional dalam lingkungan  akademis dan keagamaan. Karyanya yang berjudul Quran And Women: Rereading The Sacres Text From A Woman’s Perspektif  telah mengantarkannya sebagai seorang intelektual muslimah yang dikenal secara Internasional.
Sejak muda, Amina Wadud dikenal sebagai tokoh yang aktif di Non Goverment Organization (NGO/LSM) yang peduli secara intensif memperjuangkan hak-hak wanita, baik berkaitan dengan pendidikan, pekerjaan, dan relasi-relasi yang lain. Keterlibatannya yang intensif dan keperduliannya yang jauh tersebut, telah membawa dampak pada dirinya sendiri, yaitu penokohan dan pembawa gerbong feminisme, karena ia penancap tembok bagi lahirnya feminisme baru di negaranya.
Amina Wadud juga aktif di organisasi ISTAC, sebuah organisasi yang bertujuan untuk menghidupkan kembali kajian Islam yang bersifat meta modern, yang dipimpin oleh Nuqaib Alatan. Organisasi ini kemudian dijadikan master plan oleh organisasi Konferensi Islam Alternatif (KIA). Selain itu ia juga menjabat sebagai anggota penasehat PMU (Progressive Muslim Union of North America) yang didanai oleh Kecia Ali, sebuah organisasi penelitian tentang program perempuan dalam kajian agama yang berada di Harvard Divinity School.
Sebagai seorang feminis yang berkecimpung dalam wacana pembahasan perempuan, Amina Wadud ingin mencoba mendobrak dominasi laki-laki terhadap perempuan dalam segala hal. KeingInannya tersebut didasarkan atas asumsi bahwa al-Quran merupakan sumber nilai tertinggi yang secara adil mendudukkan laki-laki dan perempuan secara setara (equal).
Salah satu contoh adalah tindakan kontroversial yang dilakukan pada pertengahan maret 2005. Amina Wadud menjadi Imam sekaligus Khatib dalam shalat Jumat di Synod House at The Cathedral of St. John The Divine, salah satu gereja di Manhattan, New York, dan diakui oleh sekitar seratus orang jamaah laki-laki dan perempuan.
Adapun karya Amina Wadud yang merupakan master piecenya adalah Quran and Women: Rereading The Sacred Text From a Women’s Perspective. Karya monumentalnya ini merupakan satu-satunya karya yang menjelaskan pokok-pokok Pemikiran Amina Wadud tentang cara membaca (menafsirkan) ayat-ayat al-Quran, terutama ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah perempuan serta contoh-contoh aplikatif terhadap metodologi dan pendekatan yang digunakannya dalam menafsirkan ayat-ayat al-Quran.
Menurut Charles Kurzman, penelitian Amina Wadud tentang perempuan dalam al-Quran tersebut merupakan hasil kombinasi bacaan-bacaan tentang gender di dalam al-Quran dengan pengalaman kaum perempuan Afrika-Amerika untuk berpendapat bahwa perintah-perintah Islam harus ditafsirkan dalam hubungannya dengan keadaan historis yang spesifik.
Amina Wadud menuturkan bahwa karyanya tersebut terwujud melalui dua tahap perkembangan. Pertama, ketika ia sedang menyelesaikan studi tingkat sarjana di Universitas Michigan antara tahun 1986-1989. Meskipun tidak mengalami banyak hambatan, namun proyek awal ini tidak mendapatkan dukungan antusias kecuali dukungan dari Dr. Alton Becker (Pete). Kedua, ketika ia datang ke Malaysia pada tahun 1989. Disini ia bertemu dengan Dr. Chandra Muzaffar yang kemudian banyak memberikan masukan-masukan kepadanya terhadap karyanya ini.
Selain telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia pada tahun 1992 dan 2001, buku tersebut telah diterjmahkan ke dalam Bahasa Turki pada tahun 1997 dan Bahasa Arab pada tahun 1996. Karya Amina Wadud ini dipakai sebagai buku rujukan pada mata kuliah yang berhubungan dengan gender dan Islam serta Islam dan modernitas di berbagai Universitas di Barat.
Selain karyanya tersebut, ada juga artikel-artikel lainnya, semisal Quran and Women yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dengan judul al-Quran dan Perempuan. Artikel ini merupakan entery point dari karya master piece diatas. Artikel lainnya adalah In Search of a Women’s Voice in Quranic Hermeneutics. Artikel ini ditulis Amina Wadud dengan dua tujuan, yaitu pertama, menghadapi tantangan mainstream yang selama ini digunakan dalam diskursus Islam yang selalu memarjinalkan atau menolak manfaat dan keuntungan dari pendapat perempuan. Kedua, untuk memperluas potensi pemahaman pribadi di antara orang-orang Islam.


Yogyakarta, 24 Juli 2013
Ditulis oleh: Fikri Noor Al Mubarok

(Bagi pembaca yang ingin menjadikan tulisan ini sebagai rujukan silakan menyertakan nama penulis artikel berikut.)

1 comments

Adi July 4, 2018 at 12:35 AM

"Amina Wadud juga aktif di organisasi ISTAC..."

Adakah ISTAC yang ditubuhkan oleh Prof Syed Muhammad Naquib al-Attas yang dimaksudkan?

Post a Comment