Jangan Lupa di Like Ya Sobat

×
Showing posts with label Hadis. Show all posts
Showing posts with label Hadis. Show all posts

Monday, January 25, 2016

Hadis Bukhari No. 63 Ilmu-Ilmu Agama

عَنْ شَرِيكِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي نَمِرٍ، أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ، يَقُولُ بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِي الْمَسْجِدِ، دَخَلَ رَجُلٌ عَلَى جَمَلٍ فَأَنَاخَهُ فِي الْمَسْجِدِ، ثُمَّ عَقَلَهُ، ثُمَّ قَالَ لَهُمْ أَيُّكُمْ مُحَمَّدٌ وَالنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مُتَّكِئٌ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِمْ‏.‏ فَقُلْنَا هَذَا الرَّجُلُ الأَبْيَضُ الْمُتَّكِئُ‏.‏ فَقَالَ لَهُ الرَّجُلُ ابْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ قَدْ أَجَبْتُكَ ‏"‏‏.‏ فَقَالَ الرَّجُلُ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم إِنِّي سَائِلُكَ فَمُشَدِّدٌ عَلَيْكَ فِي الْمَسْأَلَةِ فَلاَ تَجِدْ عَلَىَّ فِي نَفْسِكَ‏.‏ فَقَالَ ‏"‏ سَلْ عَمَّا بَدَا لَكَ ‏"‏‏.‏ فَقَالَ أَسْأَلُكَ بِرَبِّكَ وَرَبِّ مَنْ قَبْلَكَ، آللَّهُ أَرْسَلَكَ إِلَى النَّاسِ كُلِّهِمْ فَقَالَ ‏"‏ اللَّهُمَّ نَعَمْ ‏"‏‏.‏ قَالَ أَنْشُدُكَ بِاللَّهِ، آللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ نُصَلِّيَ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ قَالَ ‏"‏ اللَّهُمَّ نَعَمْ ‏"‏‏.‏ قَالَ أَنْشُدُكَ بِاللَّهِ، آللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ نَصُومَ هَذَا الشَّهْرَ مِنَ السَّنَةِ قَالَ ‏"‏ اللَّهُمَّ نَعَمْ ‏"‏‏.‏ قَالَ أَنْشُدُكَ بِاللَّهِ، آللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ تَأْخُذَ هَذِهِ الصَّدَقَةَ مِنْ أَغْنِيَائِنَا فَتَقْسِمَهَا عَلَى فُقَرَائِنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ اللَّهُمَّ نَعَمْ ‏"‏‏.‏ فَقَالَ الرَّجُلُ آمَنْتُ بِمَا جِئْتَ بِهِ، وَأَنَا رَسُولُ مَنْ وَرَائِي مِنْ قَوْمِي، وَأَنَا ضِمَامُ بْنُ ثَعْلَبَةَ أَخُو بَنِي سَعْدِ بْنِ بَكْرٍ‏.‏ رَوَاهُ مُوسَى وَعَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم بِهَذَا‏.‏

Hadis no. 63
      Diriwayatkan dari Syarik bin Abdullah bin Abi Namr bahwa dia pernah mendengar Anas bin malik bercerita bahwa suatu ketika kami (para sahabat) sedang duduk bersama dengan Rasulullah saw di masjid. Kemudian datanglah seorang laki-laki yang menaiki untanya. Lelaki tersebut turun dari untanya dan mengikat untanya. Dia berkata: “Manakah diantara kalian yang bernama Muhammad? Pada saat itu Nabi saw bertelekan diantara mereka. Lalu kami katakan: “Lelaki putih yang bertelekan itu adalah yang kau cari.” Lelaki itu bertanya: “Apakah engkau putra Abdul Muthallib?” Nabi bersabda: “Saya telah menjawabmu.” Ia berkata: “Sesungguhnya saya bertanya kepadamu berat atasmu namun janganlah diambil hati.”  Nabi bersabda: “Tanyakanlah yang ingin kau tanyakan.” Ia berkata: “Saya bertanya tentang tuhanmu, dan tuhan orang-orang sebelummu. Apakah Allah swt mengutusmu kepada seluruh umat manusia?” Nabi bersabda: “Benar”. Ia berkata: “Saya menyumpahmu dengan nama Allah swt. Apakah Allah swt menyuruhmu shalat lima waktu sehari semalam?” Beliau bersabda: “Benar.” Ia berkata: “Saya menyumpahmu dengan nama Allah swt. Apakah Allah swt menyuruhmu untuk puasa bulan ini (Ramadlan) dalam setahun.” Beliau bersabda: “Benar.” Ia berkata: “Saya menyumpahmu dengan nama Allah. Apakah Allah menyuruhmu untuk mengambil zakat dari orang-orang kaya lalu kamu bagikan kepada orang-orang fakir kita?” Beliau menjawab: “Benar.” Lalu lelaki itu berkata: “Saya percaya pada apa yang kamu bawa dan saya adalah utusan dari orang-orang dibelakang saya dari kaum saya. Saya adalah Dhimam bin Tsa’labah, saudara Bani Sa’ad bin Bakr.”

      Hadith no. 63
     While we were sitting with the Prophet (ﷺ) in the mosque, a man came riding on a camel. He made his camel kneel down in the mosque, tied its foreleg and then said: "Who amongst you is Muhammad?" At that time the Prophet (ﷺ) was sitting amongst us (his companions) leaning on his arm. We replied, "This white man reclining on his arm." The man then addressed him, "O Son of `Abdul Muttalib." The Prophet (ﷺ) said, "I am here to answer your questions." The man said to the Prophet, "I want to ask you something and will be hard in questioning. So do not get angry." The Prophet (ﷺ) said, "Ask whatever you want." The man said, "I ask you by your Lord, and the Lord of those who were before you, has Allah sent you as an Apostle to all the mankind?" The Prophet (ﷺ) replied, "By Allah, yes." The man further said, "I ask you by Allah. Has Allah ordered you to offer five prayers in a day and night (24 hours).? He replied, "By Allah, Yes." The man further said, "I ask you by Allah! Has Allah ordered you to observe fasts during this month of the year (i.e. Ramadan)?" He replied, "By Allah, Yes." The man further said, "I ask you by Allah. Has Allah ordered you to take Zakat (obligatory charity) from our rich people and distribute it amongst our poor people?" The Prophet (ﷺ) replied, "By Allah, yes." Thereupon that man said, "I have believed in all that with which you have been sent, and I have been sent by my people as a messenger, and I am Dimam bin Tha`laba from the brothers of Bani Sa`d bin Bakr."

Hadis Bukhari No. 62 Metode Mengajar Rasulullah (memberi pertanyaan kepada sahabat tentang suatu hal)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لاَ يَسْقُطُ وَرَقُهَا، وَإِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ، حَدِّثُونِي مَا هِيَ ‏"‏‏.‏ قَالَ فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِي‏.‏ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ فَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ، ثُمَّ قَالُوا حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ ‏"‏ هِيَ النَّخْلَةُ ‏"‏‏.‏

Hadis no. 62
  
Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. bahwa suatu ketika Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya terdapat sebuah pohon yang tidak jatuh sehelai daunnya dan hal ini semisal dengan muslim. Lalu cobalah beritahu padaku pohon apa itu?” Semua mulai memikirkan pohon apa itu. Abdullah bin Umar berfikir bahwa pohon tersebut mungkin adalah pohon kurma, namun malu untuk menyampaikan jawabanya. Akhirnya merekapun bertanya kembali: “Wahai Rasulullah saw pohon apa itu?” Beliau menjawab: “Pohon kurma.”

Hadith no. 62
 
Allah's Messenger pbuh. said, "Amongst the trees, there is a tree, the leaves of which do not fall and is like a Muslim. Tell me the name of that tree." Everybody started thinking about the trees of the desert areas. And I thought of the date-palm tree but felt shy to answer the others then asked, "What is that tree, O Allah's Messenger pbuh?" He replied, "It is the date-palm tree."

Hadis ini menunjukkan bagaimana Rasulullah saw mengajarkan suatu hal kepada para sahabat dengan cara menanyai mereka dan memberikan suatu perumpamaan.

  • metode mengajar rasulullah saw dalam sahih bukhari
  • rasulullah saw memberi pertanyaan kepada sahabat merupakan salah satu metode pengajaran Nabi. 

Hadis Bukhari No. 60 Orang yang meninggikan suaranya dalam ilmu

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ تَخَلَّفَ عَنَّا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فِي سَفْرَةٍ سَافَرْنَاهَا، فَأَدْرَكَنَا وَقَدْ أَرْهَقَتْنَا الصَّلاَةُ وَنَحْنُ نَتَوَضَّأُ، فَجَعَلْنَا نَمْسَحُ عَلَى أَرْجُلِنَا، فَنَادَى بِأَعْلَى صَوْتِهِ ‏ "‏ وَيْلٌ لِلأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ ‏"‏‏.‏ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا‏.‏

Hadis no. 60
  
     Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra. bahwa suatu ketika Nabi saw tertinggal dalam suatu perjalalan bersama kami. Lalu beliau menyusul kami, dan pada saat itu waktu shalat sudah hampir habis. Kami mulai berwudlu dan ketika sampai mengusap kaki (belum selesai membasuh kaki) beliau menyeru dengan suara keras. “Celakalah bagi tumit-tumit karena api neraka.” Kalimat ini beliau ulangi dua atau tiga kali.” 
 

Hadith no. 60

Once the Prophet pbuh. remained behind us in a journey. He joined us while we were performing ablution for the prayer which was over-due. We were just passing wet hands over our feet (and not washing them properly) so the Prophet pbuh. addressed us in a loud voice and said twice or thrice: "Save your heels from the fire."


  • orang yang meninggikan suaranya dalam ilmu


 

Sunday, January 24, 2016

Hadis Bukhari No.59 Adab bertanya

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ فَمَضَى رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ أَيْنَ - أُرَاهُ - السَّائِلُ ، عَنِ السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ.

Hadis no. 59

     Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa ketika Nabi saw sedang memberikan nasehat kepada umatnya, datang seorang Arab badui bertanya: “Kapankah kiamat itu datang?” Rasulullah saw masih melanjutkan nasehatnya hingga selesai. Kemudian sebagian dari kaum berkata: “Beliau mendengar apa yang dikatakannya namun beliau benci apa yang dilakukannya.” Sebagian yang lain berkata: “Beliau tidak mendengarnya dengan jelas sehingga ketika beliau selesai berbicara beliau bertanya dimanakah gerangan orang yang bertanya tentang hari kiamat?” Arab badui tersebut menjawab: “Disini wahai Rasulullah.”  Beliau menjawab: “Apabila amanat itu telah disia-siakan, maka nantikanlah kiamat!”  Arab badui bertanya kembali: “Kapan bisa dikatakan menyia-nyiakan?” Beliau bersabda: “Apabila perkara diserahkan kepada selain ahlinya, maka nantikanlah kiamat!”

      Hadith no. 59
     While the Prophet pbuh. was saying something in a gathering, a Bedouin came and asked him, "When would the Doomsday take place?" Allah's Messenger pbuh. continued his talk, so some people said that Allah's Messenger pbuh. had heard the question, but did not like what that Bedouin had asked. Some of them said that Allah's Messenger pbuh. had not heard it. When the Prophet pbuh. finished his speech, he said, "Where is the questioner, who inquired about the Doomsday?" The Bedouin said, "I am here, O Allah's Apostle ." Then the Prophet pbuh. said, "When honesty is lost, then wait for the Doomsday." The Bedouin said, "How will that be lost?" The Prophet pbuh. said, "When the power or authority comes in the hands of unfit persons, then wait for the Doomsday."

Hadis ini menjelaskan bahwa hendaknya jangan bertanya ketika pembicara/penceramah/dai sedang atau masih memberikan nasehat. Tanyalah ketika materi/nasehat yang diberikan telah disampaikan. Adapun pembicara/da'i/penceramah diperbolehkan melanjutkan nasehatnya bahkan ketika ada orang yang bertanya. Yang demikian itu adalah sunnah Nabi saw.

Allahu 'Alam
  • terjemahan hadis bukhari no.59
  • adab bertanya kepada penceramah/da'i/pembicara dalam Sahih Bukhari
  • larangan menyela ketika dai sedang menyampaikan nasehat
  • terjemahan hadis bukhari bahasa inggris
  • anjuran melanjutkan nasehat/ceramah ketika ada orang yang bertanya disela-sela nasehat/ceramah
  • hadis al-Bukhari no.59

Monday, November 18, 2013

PEMIKIRAN HAZAIRIN TENTANG HADIS

Al Yasa dalam disertasinya telah menyebutkan beberapa pemikiran Hazairin terhadap Hadis. Untuk lebih memudahkan, pemikiran beliau akan dibuat poin-poin sebagai berikut:
        1.      Hazairin berpendapat bahwa Rasulullah saw telah diberikan hak interpretasi berupa memberikan penjelasan dengan perkataan, perbuatan atau dengan yang lainnya. Kemudian beliau mengatakan bahwa interpretasi ini adalah hadis yang selanjutnya merupakan suplement bagi ketetapan Allah,[1] beliau telah menganggap hadis sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Quran dan menjadi penjelas atau keterangan tambahan untuknya.
         2.      Dalam fungsinya hadis tidak boleh bertentangan dengan al-Quran, baik bertentangan dengan arti zahir maupun dengan tafsir yang dihasilkan.[2]
3.      Lebih dari itu, menurut Hazairin, hadis mesti dibedakan antara yang bersifat umum dan bersifat sementara, yaitu yang diberikan Rasulullah dalam ketiadaan atau menunggu kedatangan wahyu. Tanda utama kesementaraan –disamping pernyataan yang ada dalam hadis itu sendiri- adalah pertentangan dengan Quran dan hasil tafsirnya tersebut. Hadis yang bersifat sementara bukanlah tafsir untuk Quran.[3]
4.      Hazairin berpendapat terdapat beberapa hadis yang perlu diabaikan karena ada beberapa hadis yang bertentangan dengan Quran itu sendiri dan tafsir. Khusus untuk hadis-hadis tentang kewarisan, beliau mengatakan bahwa hadis-hadis tentang kewarisan tidak ada yang memenuhi syarat, sehingga tidak bisa diikutsertakan dalam menafsirkan Quran. Mungkin hal inilah yang menyebabkan beliau memisahkan kajian hadis tentang kewarisan dalam bukunya, yaitu untuk menunjukkan kesementaraanya atau pertentangannya dengan Quran.[4]
5.      Dalam mengkaji hadis, Hazairin tidak pernah mempersoalkan sanad dari hadis yang dibicarakan dan juga tidak memberikan alasannya. Al Yasa dalam disertasinya menyebutkan bahwa hal tersebut mungkin dikarenakan 2 hal:
a.       Keshahihan sanad itu tidak penting, karena hadis itu sudah sering digunakan para ulama dalam mengistinbāṭkan hukum. Hazairin hanya ingin membuktikan bahwa kritik matan harus diberikan karena hadis-hadis tentang kewarisan itu tidak sejalan dengan Quran.
b.      Kekurangtahuan tentang ilmu-ilmu hadis, khususnya tentang kritik sanad. Dalam buku Hukum Kewarisan Bilateral Menurut al-Quran dan Hadis, Hazairin banyak mengutip dari kitab Misykāt al-Masābih dan Nail al-Auṭār. Dalam buku yang terakhir ada uraian tentang sanad. Seandainya Hazairin mengutip pendapat tentang nilai sanad itu, tentu akan membantu pembaca yang mengetahui ilmu hadis.[5]


Ditulis Oleh: Fikri Noor Al Mubarok
Yogyakarta, 19 November 2013

(bagi para pembaca sekalian yang ingin menjadikan tulisan ini sebagai referensi/rujukan harap menuliskan nama penulis)


[1] Hazairin, Hukum Kewarisan bilateral menurut al-Quran dan Hadis, (Jakarta: Tintamas, 1982), hlm 63.
[2] Ibid.
[3] Al Yasa Abu Bakar, Ahli Waris Sepertalian Darah : Kajian Perbandingan Terhadap Penalaran Hazairin dan Penalaran Fikih Madzhab, (Jakarta : INIS, 1998), hlm 206.
[4] Ibid., hlm 29.
[5] Ibid., hlm 67.

Monday, July 22, 2013

MEMAHAMI HADIS TENTANG MENIKAH DENGAN SEORANG PERAWAN (1)

Hadist tentang Menikah dengan Seorang Perawan 
Kajian Sanad Hadis





حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ تَزَوَّجْتُ امْرَأَةً فَأَتَيْتُ النَّبِىَّ ص م فَقَالَ « أَتَزَوَّجْتَ يَا جَابِرُ ». فَقُلْتُ نَعَمْ. فَقَالَ « بِكْرًا أَمْ ثَيِّبًا ». فَقُلْتُ لاَ بَلْ ثَيِّبًا. فَقَالَ « هَلاَّ جَارِيَةً تُلاَعِبُهَا وَتُلاَعِبُكَ ». فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ عَبْدَ اللَّهِ مَاتَ وَتَرَكَ سَبْعَ بَنَاتٍ أَوْ تِسْعًا فَجِئْتُ بِمَنْ يَقُومُ عَلَيْهِنَّ. قَالَ فَدَعَا لِى
(رواه الترمذي, 1106)[1]

A.    Jābir bin ‘Abdillah
1.      Sumber
Al-Hāfidz Jamāl ad-Dīn Abū Hajjāj Yūsuf al-Mizzī, Tahdzīb al-Kamāl Fī ‘Asmā‘ ar-Rijāl,  (Beirut: Mu’assisah ar-Risālah, tth), 4: 443.
Nama lengkap
-          Jābir bin ‘Abdillāh bin ‘Amr bin Harām bin Tsa‘labah bin Ka‘ab bin Ghanm bin Ka’ab bin Salimah bin Sa’ad bin ‘Alī bin ‘Asad bin Sāridah bin Tazīd, bin Jusyam bin al-Khazraj al-Anshārī al-Khazrajī as-Salamī Abū ‘Abdillāh.
-          Abū ‘Abdirrahmān
-          Abū Muhammad al-Madanī.
Laqab/kunyah
-
Lahir/wafat/kurun hidup
Wafat 68/72/73/77/78/79/94 H
Guru-gurunya
Terdapat 20 guru. Antara lain: Nabi saw, Khālid bin al-Wālid, Thalhah bin ‘Ubaidillāh, ‘Abdullāh bin Unais, dll.
Murid-muridnya
Terdapat 103 murid. Antara lain: ‘Amr bin Dīnār, ‘Īsā bin Jāriyah al-Anshārī, al-Fadl bin Mubasysyar, dll.
Penilaian ulama
­­­-
2.      Sumber
Al-Hāfidz Syihāb ad-Dīn Ahmad bin ‘Alī Ibnu Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb at-Tahdzīb, (Beirut: Mu’assisat ar-Risālah, tth), 1:281-282.
Nama lengkap
-          Jābir bin ‘Abdillāh bin ‘Amr bin Harām bin Tsa‘labah al-Khazrajī as-Salamī Abū ‘Abdillāh
-          Abū ‘Abdirrahmān
-          Abū Muhammad   
Laqab/kunyah
-
Lahir/wafat/kurun hidup
Wafat 73/77/93, dan 78[2]

Guru-gurunya
Terdapat 18 guru. Antara lain: Nabi saw, Abū Bakar, ‘Umar, ‘Alī, Abū ‘Ubaid, dll.
Murid-muridnya
Terapat 31 murid. Antara lain: Abū Zubair, ‘Amr bin Dīnār, Abū Ja’far al-Bāqir, dll.
Penilaian ulama
-
3.      Sumber
‘Abdul Ghaffār Sulaimān al-Bandārī, Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah, (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, tth), 1:226-227.
Nama lengkap
Jābir bin ‘Abdillāh bin ‘Amr bin Harām bin Tsa’labah
Laqab/kunyah[3]           
Abū ‘Abdillāh, Abū ‘Abdirrahmān, Abū Muhammad, al-Jarāmī, al-Khazrajī, as-Salamī, al-Anshārī.  
Lahir/wafat/kurun hidup
73/77/78 H.
Guru-gurunya            
-
Murid-muridnya
-
Penilaian ulama
-
Analisis
Kitab Tahdzīb al-Kamāl Fī ‘Asmā‘ ar-Rijāl menyebutkan nama lengkap yang sangat detail dengan menyertakan 15 keturunan. Sedangkan kitab Tahdzīb at-Tahdzīb dan Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah cenderung lebih ringkas dengan menyebutkan 4 keturunan saja.
Kitab Tahdzīb al-Kamāl Fī ‘Asmā‘ ar-Rijāl dan Tahdzīb at-Tahdzīb tidak menyebutkan laqab dan kunyah secara khusus. Berbeda dengan kitab Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah yang menyebutkan laqab dan kunyah secara khusus. Tapi kitab pertama menyebutkan laqab dan kunyahnya ketika menyebutkan nama lengkap perawi tersebut.
Tentang permasalahan tahun wafat kitab Tahdzīb al-Kamāl memberikan tahun wafat yang lebih banyak dengan yang lainnya yang mayoritas menyebutkan 73/77/78 H. Kitab Tahdzīb at-Tahdzīb juga menyebutkan tahun wafat yang berbeda dengan yang lainnya (93 H). Dan dalam hal ini Ibnu Hajar al-‘Asqalānī memilih tahun 78 H.
Didalam kitab Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah juga memiliki ciri khusus, yaitu tidak menyebutkan guru dan murid dari tiap-tiap perawi yang disebutkan.
Penulis juga berasumsi bahwa semua sahabat adalah adil (ash-shahābat kulluhum ‘udul) sehingga tidak perlu menyebutkan jarh dan ta’dīlnya.
B.     ‘Amr bin Dīnār
1.      Sumber
Al-Hāfidz Jamāl ad-Dīn Abū Hajjāj Yūsuf al-Mizzī, Tahdzīb al-Kamāl Fī ‘Asmā‘ ar-Rijāl,  (Beirut: Mu’assisah ar-Risālah, tth), 22:5-12.
Nama lengkap
‘Amr bin Dīnār al-Makkī, Abū Muhammad al-Atsrām al-Jumahī  
Laqab/kunyah
-

Lahir/wafat/kurun hidup
Wafat 125/126/129 H.
Guru-gurunya
Terdapat dari 63 guru. Antara lain: Jābir bin ‘Abdillāh al-Anshārī, Dzakwān Abī Shālih as-Sammān, Sālim bin Syawwāl, dll.
Murid-muridnya
Terdapat dari 50 murid. Antara lain: Hammād bin Zaid, Hammād bin Salamah, Dāwud bin ‘Abdirrahmān al-‘Aththār, dll.
Penilaian ulama[4]
Abū Zar’ah, Abū Hātim dan an-Nasā’ī berkata: tsiqah; an-Nasā’ī menambahkan tsabit.
2.      Sumber
Al-Hāfidz Syihāb ad-Dīn Ahmad bin ‘Alī Ibnu Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb at-Tahdzīb, (Beirut: Mu’assisat ar-Risālah, tth), 3:268-269
Nama lengkap
‘Amr bin Dīnār al-Makkī, Abū Muhammad al-Atsrām al-Jumahi.
Laqab/kunyah
-
Lahir/wafat/kurun hidup
Wafat 125/6 H
Guru-gurunya
Terdapat dari 36 guru. Antara lain: Ibnu ‘Abbās, Ibnu az-Zubair, Ibnu ‘Umar, Jābir bin ‘Abdullāh, dll.
Murid-muridnya
Terdapat dari 24 murid lebih.[5] Antara lain: Qatādah, Abū ‘Awānah, Manshūr bin Zādzān, al-Hammādān,[6] as-Sufyānān, dll.
Penilaian ulama
An-Nasā’ī mengatakan: tsiqah tsabit; Abū Zar’ah dan Abū Hātim mengatakan: tsiqah; Ibnu Hajar, Ibnu ‘Uyainah dan ‘Amr bin Jarīr berkata: tsiqah, tsabit, banyak hadisnya, shadūq, ‘ālim, dan beliau adalah salah satu muftī Mekkah pada zamannya; Ibnu Hibbān juga menyebutkannya dalam kitab ats-Tsiqāt
3.      Sumber
‘Abdul Ghaffār Sulaimān al-Bandārī, Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah, (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, tth), 3:142.
Nama lengkap
‘Amr bin Dīnār
Laqab/kunyah
Abū Muhammad, al-Makī, al-‘Atsram, al-Jumahī, al-Yamanī
Lahir/wafat/kurun hidup
Wafat 125/126 H
Guru-gurunya
-
Murid-muridnya
-
Penilaian ulama
Tsiqah tsabit
Analisis
Kitab Tahdzīb al-Kamāl Fī ‘Asmā‘ ar-Rijāl dan Tahdzīb at-Tahdzīb menyebutkan nama lengkap beliau dengan nama yang sama, sedangkan kitab Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah hanya menyebutkan nama beliau dengan singkat yang kemudian disertai laqab dan kunyahnya.  Kitab Tahdzīb at-Tahdzīb dan Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah memberikan tahun wafat yang sama, yaitu antara 125/126 H, sedangkan kitab Tahdzīb al-Kamāl Fī ‘Asmā‘ ar-Rijāl juga sama namun memberikan tambahan tahun 129 H.
Dalam kitab Tahdzīb al-Kamāl Fī ‘Asmā‘ ar-Rijāl hanya menyebutkan dua pendapat ulama, kitab Tahdzīb at-Tahdzīb cenderung lebih banyak menyebutkan penilaian para ulama dengan menyebutkan tujuh pendapat termasuk pendapat dari pengarang kitab tersebut, sedangkan dalam kitab Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah hanya memuat satu pendapat, tapi dalam kitab tersebut tidak disebutkan nama ulama yang memberikan penilaian tersebut dan ini juga terjadi dalam semua penilaian ulama terhadap rawi-rawi lain..
Dalam ketiga kitab tersebut mayoritas penilaian ulama termasuk dalam kategori peringkat ta’dīl yang kedua, sedangkan minoritas penilaian ulama termasuk dalam kategori peringkat ta’dīl yang ketiga.
C.     Hammād bin Zaid
1.      Sumber
Al-Hāfidz Jamāl ad-Dīn Abū Hajjāj Yūsuf al-Mizzī, Tahdzīb al-Kamāl Fī ‘Asmā‘ ar-Rijāl,  (Beirut: Mu’assisah ar-Risālah, tth), 7:239-252.
Nama lengkap
Hammād bin Zaid bin Dirhām al-Azdī al-Jahdlamī, Abū Ismā’īl al-Bashrī al-Azraqī.
Laqab/kunyah            
-
Lahir/wafat/kurun hidup
-          Lahir pada zaman ‘Umar bin ‘Abdul ‘Azīz
-          Lahir 98 H wafat 179 H
-          Wafat hari Jum’at 10 Ramadlan
-          Wafat hari Jum’at 19 Ramadlan
Guru-gurunya
Terdapat dari 98 guru. Antara lain: ‘Umar bin ‘Utsmān al-Makhzūmī, ‘Amr bin Dīnār al-Makkī, ‘Amr bin Dīnār al-Bashrī, Qahramān Āli az-Zubair, dll.
Murid-muridnya
Terdapat dari 104 murid. Antara lain: Qutaibah bin Sa’īd, Laits bin Hammād ash-Shaffār, Laits bin Khālid al-Bakhlī, dll.
Penilaian ulama
Dalam kitab ini tidak disebutkan jarh dan ta’dīl tentang beliau. Tapi dalam kitab ini beliau sering dibandingkan dengan Hammād bin Salamah. Dan Hammād bin Zaid lah yang lebih banyak dan lebih sahih  dalam periwayatan hadis. Selain itu  beliau juga dibandingkan dengan Ismā’īl bin ‘Ulayyah dan Sufyān bin ats-Tsaurī, dan beliau adalah orang yang lebih dipilih pendapatnya.
Informasi lain[7]
Beliau adalah orang yang buta. Beliau juga menjadi Imam di Bashrah pada zamannya; ‘Amr bin ‘Alī berkata: beliau adalah salah satu dari 4 Imam hadis pada zamannya.
2.      Sumber
Al-Hāfidz Syihāb ad-Dīn Ahmad bin ‘Alī Ibnu Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb at-Tahdzīb, (Beirut: Mu’assisat ar-Risālah, tth), 1:480-481.
Nama lengkap
Hammād bin Zaid bin Dirhām al-Azdī al-Jahdlamī, Abū Ismā’īl al-Bashrī al-Azraqī.
Laqab/kunyah
-
Lahir/wafat/kurun hidup
Lahir 98 H dan wafat Ramadlan 179 H. (81 tahun).
Guru-gurunya
Terdapat dari 15 guru lebih. Antara lain: ‘Amr bin Dīnār, Hisyām bin ‘Urwah, ‘Ubaidillāh bin ‘Umar, dll.
Murid-muridnya
Terdapat dari 20 murid. Antara lain: Qutaibah, Muhammad bin Zubair al-Makkī, ‘Amr bin ‘Auf, dll.
Penilaian ulama
Muhammad bin Sa’d berkata: beliau itu tsiqah tsabit dan dapat dijadikan hujjah dalam hadis yang diriwayatkannya. Ibnu Hibbān menyebutkannya dalam kitab ats-Tsiqāt. al-Khalīlī berkata: tsiqah muttafaqalaih.
Informasi lain
Ibnu Manjawaih dan Ibnu Hibbān berkata: beliau adalah orang yang buta;  Rustah berkata: beliau adalah salah seorang Imam pada zamannya di Bashrah;  Ibnu Hajar berkata bahwa beliau adalah orang yang buta tapi kebutaan beliau terjadi di masa hidup beliau, tidak sejak dilahirkan.
3.      Sumber
‘Abdul Ghaffār Sulaimān al-Bandārī, Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah, (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, tth), 1:385.
Nama lengkap
Hammād bin Zaid bin Dirhām (Ibn Abī Ziyād)
Laqab/kunyah
Abū Ismā’īl, al-Azdī, al-Jahdlamī al-Basharī, al-Azraqī.
Lahir/wafat/kurun hidup
Wafat 179 H (81 tahun)
Guru-gurunya
-
Murid-muridnya
-
Penilaian ulama
Tsiqah tsabit faqīh
Informasi lain
Beliau adalah orang yang buta tapi barang kali kebutaan beliau terjadi di masa hidup beliau, tidak sejak dilahirkan. Karena beliau dalam suatu riwayat dikatakan bahwa beliau pernah menulis.
Analisis
Ketiga kitab yang penulis ambil bersepakat dalam atau dengan memberikan masa hidup dan tahun wafat yang sama. Namun kitab Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah tidak secara khusus menyebutkan tahun lahir beliau.
Kitab Tahdzīb al-Kamāl Fī ‘Asmā‘ ar-Rijāl tidak menyebutkan penilaian ulama mengenai beliau namun beliau menyebutkan riwayat-riwayat yang menunjukkan bahwa para kritikus hadis sangat mengutamakan beliau, dan dalam kitab ini juga disebutkan bahwa beliau adalah salah satu dari Imam hadis pada zamannya yang menunjukkan bahwa beliau adalah orang yang termasuk dalam kategori rawi yang di ta’dīl.
Dalam kitab Tahdzīb at-Tahdzīb telah disebutkan tiga penilaian ulama yang semuanya termasuk dalam kategori peringkat ta’dīl yang kedua, dan ini juga sama dengan yang disebutkan dalam kitab Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah. Masalah kebutaan beliau telah dijawab dalam kitab Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah bahwa dalam suatu riwayat ada yang menyebutkan bahwa beliau pernah menulis dan ini menunjukkan bahwa beliau pada saat itu bisa melihat. Kebutaan beliau itu tidaklah dari sejak lahir tapi terjadi pada masa hidupnya, tapi ketiga kitab tersebut tidak menyebutkan secara pasti sejak kapan beliau mengalami kebutaan.
D.    Qutaibah
1.      Sumber
Al-Hāfidz Jamāl ad-Dīn Abū Hajjāj Yūsuf al-Mizzī, Tahdzīb al-Kamāl Fī ‘Asmā‘ ar-Rijāl,  (Beirut: Mu’assisah ar-Risālah, tth), 23:523-537
Nama lengkap
-          Qutaibah bin Sa’īd bin Jamīl bin Tharīf bin ‘Abdillāh ats-Tsaqafī, Abu Rajā‘ al-Balkhī al-Baghlānī.
-          Yahyā bin Sa’īd
-          ‘Alī
Laqab/kunyah
Qutaibah
Lahir/wafat/kurun hidup
-          Lahir 150 H dan wafat hari ke-2  Sya’ban 240 H (90 tahun)
-          Lahir 148 H dan wafat 240 H .
Guru-gurunya
Terdapat dari 112 guru. Antara lain: Hammād bin Zaid, Hammād bin Yahyā al-‘Abah, Humaid bin ‘Abdurrahmān ar-Ru’āsī, dll.
Murid-muridnya
Terdapat dari 47 guru. Antara lain: al-Jamā’ah[8] kecuali Ibnu Mājah, Ibrāhīm bin Ishāq al-Harbī, Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Sa’īd ad-Dārimī, dll.
Penilaian ulama
Ahmad bin Abī Khaitsamah, Yahyā bin Ma’īn, Abū Hātim dan an-Nasā’ī berkata: tsiqah; an-Nasa’i menambahkan: shadūq; Ibnu Khirās berkata: shadūq; al-Faharyānī berkata: Qutaibah adalah shadūq.
2.      Sumber
Al-Hāfidz Syihāb ad-Dīn Ahmad bin ‘Alī Ibnu Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb at-Tahdzīb, (Beirut: Mu’assisat ar-Risālah, tth), 3:431.
Nama lengkap
-          Qutaibah bin Sa’īd bin Jamīl bin Tharīf bin ‘Abdillāh ats-Tsaqafī
-          Yahyā
-          ‘Alī
Laqab/kunyah
Qutaibah.
Lahir/wafat/kurun hidup
Lahir 150 H dan wafat 2 Sya’ban 240 H.[9] (90 tahun).
Guru-gurunya
Terdapat dari 43 guru. Antara lain: Hammād bin Zaid, ‘Abdullāh bin Zaid bin Aslam, ‘Abdul Wārits bin Sa’īd, dll.
Murid-muridnya
Terdapat dari 30 lebih. Antara lain: at-Tirmidzī, Ahmad bin Sa’īd ad-Dārimi, Abū Bakar bin Abī Syaibah, dll.
Penilaian ulama
Ibnu Mu’īn, Abū Hātim, an-Nasā’ī berkata: tsiqah; an-Nasā’ī menambahkan shadūq; al-Faharyānī berkata: Qutaibah adalah shadūq; al-Hākim berkata: tsiqah ma’mūn; Ibnu Hibbān menyebutkannya dalam kitab ats-Tsiqāt.
3.      Sumber
‘Abdul Ghaffār Sulaimān al-Bandārī, Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah, (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, tth),  3:269.
Nama lengkap 
-          Qutaibah bin Sa’īd bin Jamīl bin Tharīf bin ‘Abdillāh.
-          Yahyā
-          ‘Alī
-          Qabīshah bin Sa’īd bin Humaid
Laqab/kunyah
Abu Rajā‘, Ats-Tsaqafī, al-Balkhī, al-Buqāl.
Lahir/wafat/kurun hidup
240/241 H.
Guru-gurunya
-
Murid-muridnya
-
Penilaian ulama
Tsiqah tsabit
Analisis
Tiga kitab di atas menyebutkan nama lengkap dan nama lain Qutaibah secara sama. Tapi kitab Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah menambahkan dengan nama lain Qabīshah bin Sa’īd bin Humaid.
Dalam memberikan laqab dan kunyah kitab pertama dan kedua saling bersepakat. Sedangkan kitab ketiga berselisih dengan tidak menganggap nama Qutaibah sebagai laqab/kunyah dan cenderung menyebutkan nama-nama lain sebagai  laqab/kunyah perawi di atas.
Mengenai tahun kelahiran kitab pertama dan kedua bersepakat menyebutkan tahun 150 H. Dan tanggal dan bulan wafat 2 Sya’ban.
Mayoritas ketiga kitab di atas juga menyebutkan tahun wafat yang sama, yaitu 240 H. Walaupun dalam kitab Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah menambahkan dengan 241 H.
Kitab Tahdzīb al-Kamāl Fī ‘Asmā‘ ar-Rijāl menyebutkan enam pendapat ulama dengan empat penilaian ulama yang terkategori ta’dīl peringkat ketiga dan dua penilaian ulama yang terkategori ta’dīl peringkat keempat. Kitab Tahdzīb at-Tahdzīb juga menyebutkan enam pendapat ulama yang semuanya menta’dīl beliau dengan satu penilaian dalam peringkat kedua, empat penilaian dalam peringkat ketiga, dan satu penilaian dalam peringkat keempat. Sedangkan kitab  Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah memasukkan beliau dalam kategori ta’dīl peringkat kedua.
E.     At-Tirmidzī
1.      Sumber
Al-Hāfidz Jamāl ad-Dīn Abū Hajjāj Yūsuf al-Mizzī, Tahdzīb al-Kamāl Fī ‘Asmā‘ ar-Rijāl,  (Beirut: Mu’assisah ar-Risālah, tth), 26:250-252.
Nama lengkap
-          Muhammad bin ‘Īsā bin Saurah bin Mūsā bin adl-Dlahāk
-          Muhammad bin ‘Īsā bin Yazīd bin Saurah bin as-Sakan as-Sulamī, Abū ‘Īsā at-Tirmidzī adl-Dlarīri al-Hāfidz..
Laqab/kunyah
-
Lahir/wafat/kurun hidup
Wafat hari Senin malam 13 Rajab 279 H.
Guru-gurunya
-
Murid-muridnya
Terdapat dari 25 lebih. Antara lain: Ahmad bin Yūsuf an-Nasafī, Abū al-Hārits Asad bin Hamdawaih, al-Husain bin Yūsuf al-Farabrī, dll.
Penilaian ulama
Ibnu Hibbān menyebutkannya dalam kitab ats-Tsiqāt dan mengatakan bahwa beliau adalah orang yang mengumpulkan dan menyusun kitab hadis.
2.      Sumber
Al-Hāfidz Syihāb ad-Dīn Ahmad bin ‘Alī Ibnu Hajar al-‘Asqalānī, Tahdzīb at-Tahdzīb, (Beirut: Mu’assisat ar-Risālah, tth), 3:668-669.
Nama lengkap
Muhammad bin ‘Īsā bin Saurah bin Mūsā bin adl-Dlahāk Ibnu as-Sakan, as-Sulamī, Abū ‘Īsā at-Tirmidzī
Laqab/kunyah
-
Lahir/wafat/kurun hidup
Wafat bulan Rajab 279 H.
Guru-gurunya
-
Murid-muridnya
Terdapat dari 12 lebih. Antara lain: Ahmad bin Yūsuf an-Nasafī, Abū al-Hārits Asad bin Hamdawaih, Dāwud bin Nashr bin Suhail, dll.
Penilaian ulama
Ibnu Hibbān menyebutkannya dalam kitab ats-Tsiqāt; Ibnu Hajar dan al-Khalīlī berkata: tsiqah muttafaq ‘alaih.
3.      Sumber
‘Abdul Ghaffār Sulaimān al-Bandārī, Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah, (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, tth),  3:440-441.
Nama lengkap  
-          Muhammad bin ‘Īsā bin Saurah bin Mūsā bin adl-Dlahāk
-          Ibnu as-Sakan
Laqab/kunyah
Abū ‘Īsā, as-Salamī, at-Tirmidzī, adl-Dlarīri, al-Būgī
Lahir/wafat/kurun hidup
Wafat 275 atau 279 H
Guru-gurunya
-
Murid-muridnya
-
Penilaian ulama
Tsiqah Hāfidz dan salah satu Imam Kutub as-Sittah
Analisis
Tiga kitab di atas menyebutkan nama lengkap yang sama meskipun dalam dua kitab pertama memberikan nama lain yang berbeda. Mayoritas ketiga kitab tersebut juga menyebutkan tahun wafat yang sama meskipun juga dalam kitab Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah menambahkan dengan 275 H.
Mengenai guru at-Tirmidzī semua kitab yang penulis ambil tidak satupun yang menyebutkan nama-nama guru beliau. Menurut hemat penulis, hal ini dikarenakan posisi beliau sebagai mukharrij yang telah mengeluarkan beribu-ribu hadis yang secara otomatis juga memiliki guru yang banyak juga sehingga dalam ketiga kitab ini tidak disebutkan guru-guru beliau.
Kitab Tahdzīb al-Kamāl Fī ‘Asmā‘ ar-Rijāl hanya menyebutkan satu penilaian ulama saja dengan kategori peringkat ta’dīl yang ketiga. Kitab Tahdzīb at-Tahdzīb menyebutkan tiga pendapat ulama termasuk pendapat pengarang kitab dengan satu pendapat dalam kategori peringkat ta’dīl ketiga dan dua dalam kategori peringkta ta’dīl yang kedua.  Sedangkan kitab Mausū’ah Rijāl Kutub at-Tis’ah memasukkan beliau dalam kategori ta’dīl tingkat kedua.
Kesimpulan : Dilihat dari tahun wafat dan masa hidup semua perawi maka dapat disimpulkan bahwa seluruh rawi yang terdapat dalam hadis di atas saling ada ketersambungan umur (mu’āsharah). Dan dapat disimpulkan juga dari data guru dan murid bahwa seluruh rawi pada hadis di atas saling liqā’. Dari sini juga dapat disimpulkan bahwa sanad hadis ini bersambung. Sedangkan jika dilihat dari jarh dan ta’dīlnya maka dapat disimpulkan bahwa seluruh rawi hadis ini adalah adil meskipun terjadi perbedaan tingkat keadilan dari tiap-tiap rawi.

Yogyakarta, 20 Januari 2013
Ditulis oleh: Fikri Noor Al Mubarok

(Bagi para pengunjung yang ingin menjadikan tulisan ini sebagai rujukan silakan sertakan nama penulis pada tulisan anda)




[1] At-Tirmidzī, Abū ‘Īsā Muhammad bin ‘Īsā, al-Jāmi‘ al-Kabīr, cet. I, (Beirut: Dār al-Gharb, 1996), 2:391.  
[2] Ibnu Hajar memilih umur yang terakhir.
[3] Penulis menyebutkan laqab dan kunyah menjadi satu bagian -yang sebenarnya menjadi bagian yang dipisahkan dalam kitab tersebut- karena mengikuti susunan atau urutan dari nomor satu dan dua sehingga menjadi lebih sistematis.
[4] Untuk menganalisis tingkatan lafal jarh dan ta’dīl penulis akan menggunakan peringkat-peringkat lafal yang telah dikemukakan oleh Ibn Hajar al-‘Asqalānī dalam buku Kaedah Keshahihan Sanad Hadis karangan M. Syuhudi Ismail.
[5] Penulis mencantunkan kata “lebih” dikarenakan pada kitab Tahdzīb al-Kamāl Fī ‘Asmā‘ ar-Rijāl, terdapat tambahan kata “Wa Ākharūn”.
[6] Yang dimaksud adalah Hammād bin Zaid bin Dirhām dan Hammād bin Salamah.
[7] Penulis menambahkan informasi lain dalam data perawi ini karena hal ini sangatlah penting mengingat perawi ini adalah seorang yang buta.
[8] Mereka adalah al-Bukhārī, Muslim, at-Tirmidzī, an-Nasā’ī, Abū Dāwud, dan Ibnu Mājah.
[9] Redaksi aslinya adalah “dua malam yang telah lewat dari bulan Sya’ban 240 H”