Kegiatan
dan Media Publikasi Oksidentalisme
Oleh:
Agus Salim dan Fikri Noor Al Mubarok
A.
Pendahuluan
Oksidentalisme adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan Barat, seperti kebudayaan, bangsa, penduduk,
ide-ide, model-model pemikiran, tingkah laku, pandangan hidup, sudut pandang,
agama, dan lain-lain.[1]
Sebagai suatu ilmu, dalam kelahiran, pertumbuhan, dan
perkembangannya, pasti akan berlaku adanya konsep profesionalisme, interaksionisme,
dan dialektika atau kausalitas. Hubungan kelahiran antara Oksidentalisme dan Orientalisme
tidak keluar dari koridor itu. Apa yang selama ini diyakini oleh sebagian orang
tentang kelahiran Oksidentalisme dan Orientalisme, sebetulnya sudah dialami
juga oleh sejarah kelahiran Orientalisme itu di era klasik dunia Islam
berabad-abad lalu.[2]
Berdasarkan atas apa yang telah dikemukakan diatas, dapatlah
dikatakan bahwa sampai saat ini istilah Oksidentalisme tidak mudah dijumpai
dalam literatur-literatur Barat ataupun Timur.[3]
Hal ini dikarenakan beberapa hal, seperti adanya sikap acuh terhadap Barat,
adanya sikap inklusif terhadap Barat, dan adanya kenyataan bahwa kajian
mengenai Barat telah tuntas dilakukan oleh Barat sendiri.
Dalam suatu diskusi kecil dengan penanggung jawab bidang studi
lintas agama di sebuah Universitas Katolik terkenal di Belanda, diperoleh
penjelasan, bahwa hal-hal yang berhubungan dengan peradaban dan kebudayaan Barat,
termasuk agamanya, sudah tuntas diteliti mereka sendiri, tidak ada yang tersisa,
sampai sekecil-kecilnya. Berbeda dengan dunia Timur yang masih perawan,
bagaikan hutan belantara yang belum terjamah. Birahi Barat muncul seketika,
kalau bersntuhan dengan Timur. Timur bagaikan labolatorium tempat Barat
menerapkan ilmu dan menguji coba metode-metodenya dan melahirkan ilmu-ilmu
baru. Timur adalah obyek ilmu bagi Barat.[4]
Dalam perjalanannya, sekarang Timur mulai ingin tampil sebagai
subyek yang mengkaji Barat secara akademik dari kacamata Timur sendiri, bukan
untuk menguasai atau mendominasi (kolonialisme), tapi diharapkan, studi ini
akan menjadi kajian budaya dan sosial yang paling prospektif di masa depan.[5]
Beberapa cendekiawan muslim telah mulai untuk melakukan studi
tentang hal ini. Selanjutnya hasil studi tersebut tidak hanya mandek
pada sebatas itu saja, namun ada sebuah gerakan tindak lanjut. Studi Oksidentalisme
ini kemudian disebarluaskan dan
diajarkan dengan berbagai media massa. Mulai darisini penulis merasa
tertarik untuk “sekedar” mencari tahu bagaimana dan apa saja kegiatan dan media
publikasi yang telah dilakukan selama ini mengenai ilmu ini. Tulisan berikut
ini akan mencoba memaparkan tentang
kegiatan dan media publikasi Oksidentalisme yang ada selama ini dengan
sebatas kemampuan penulis.
B.
Kegiatan dan Media Publikasi Oksidentalis
Secara etimologis kata kegiatan diartikan dengan aktivitas, usaha,
pekerjaan, kekuatan dan ketangkasan.[6] Sedangkan media menurut KBBI adalah alat, sarana komunikasi,
perantara, dan penghubung.[7] Adapun publikasi berarti pengumuman dan penerbitan.[8]
Jadi Kegiatan dan media publikasi Oksidentalisme adalah aktivitas,
usaha, pekerjaan untuk melakukan pengumuman Oksidentalisme dengan menggunakan
alat, sarana komunikasi, perantara dan penghubung untuk melakukan pengumuman
tersebut.
Sejauh penelusuran penulis Oksidentalisme memiliki beberapa
kegiatan antara lain:
1.
Mengirim
para mahasiswa dan mahasiswi untuk studi di negara-negara Barat.
Kegiatan
ini dimulai oleh penguasa diktator Mesir pasca Napoleon bernama Muhammad Ali.
Pada masa menjabat sebagai penguasa pada masa itu, beliau sangat gencar
mengirim beratus-ratus pemuda Mesir untuk belajar di Perancis, Inggris, Italia,
dan Austria. Ini mengingatkan orang kepada apa yang pernah diperbuat dan
dihasilkan oleh kaum muslimin di abad ke-9-11 M. Transfer ilmu ini diperuntukkan
untuk kemajuan Mesir khususnya dan dunia Islam pada umumnya, sama halnya yang
dilakukan Malaysia akhir-akhir ini.[9]
Pemikiran
dan usaha yang dilakukan ini didukung oleh juniornya, seperti al-Tahtawi, Jamaluddin
al-Afghani, dan Muhammad Abduh. Ketiga tokoh ini, dan Muhammad Ali terpandang
sebagai modernisator dan reformator, pelopor pembaharuan dan gerakan pemikiran Islam
yang dilancarkan di Mesir dan di Perancis. Mereka juga membuka jalan ke arah Oksidentalisme,
dan bahkan dapat dianggap sebagai tokoh-tokoh pelopornya, sesuai dengan aksi,
tujuan, dan cara pandang atau metode pikir mereka.[10]
Tradisi
pengiriman ini terus berkanjut sampai sekarang. Saat ini, pengiriman mahasiswa
tidak hanya dilakukan di negara eropa tapi sudah mulai meluas ke Amerika, Kanada,
dan Australia.[11]
2.
Mendatangkan
guru, pengajar, dosen, dan cendekiawan Barat untuk mengajar di daerah Timur.
Pada
masa kepemimpinan Muhammad Ali, beliau juga mendatangkan para guru yang
bearasal dari Eropa untuk mengajar di Mesir. Kegitan ini bertujuan untuk
memajukan Mesir yang pada saat itu baru terbebas dari kolonialisme Perancis.
Guru-guru yang didatangkan mengajar di sekolah-sekolah yang telah beliau
dirikan. Guru-guru tersebut mengajarkan berbagai ilmu, seperti militer (1815),
teknik (1816), kedokteran (1827), penerjemahan (1836), dan ilmu-ilmu lain.[12]
Pada
masa sekarang, kegiatan ini juga telah dilakukan oleh beberapa sekolah yang
mengkaji Oksidentalisme, sepeti ISTAC yang berada di Malaysia.
3.
Mendirikan
sekolah, universitas, dan lembaga-lembaga lain yang mengkaji Oksidentalisme.
Sebelum
mendatangkan guru-guru Barat untuk mengajar di Timur, tentu perlu adanya suatu
wadah untuk mengajar. Pada masa Muhammad Ali telah didirikan beberapa sekolah.
Selanjutnya pada masa sekarang beberapa universitas juga mulai didirikan.
Seperti, Ibn Khaldun di Bogor, INSIST yang
didirikan oleh Fahmi Zarkasyih dan, Pasca Sarjana Institut Studi Islam Darussalam
Gontor, dan Universitas ISTAC di Malaysia yang didirikan Nuqaib al-Atas pada
tahun1978, dan lain-lain.
4.
Melakukan
seminar, diskusi, pengajian, dan kajian-kajian yang berkaitan dengan Oksidentalisme.
Beberapa
seminar-seminar juga telah dilakukan oleh para alumni mahasiswa ISTAC yang
berada di Indonesia seperti Ardin Armas, Henry Shalahuddin, dan Dr Syamsuddin
Arif. Seminar ini sering diadakan di beberapa universitas di Indonesia dan
didokumentasikan yang kemudian dipublikasikan ke berbagai media massa. Selain
itu, dari pihak INSIST juga telah melaksanakan ratusan kali seminar, workshop,
dan latihan untuk para dosen, mahasiswa, pimpinan pesantren, kalangan
profesional dan sebagainya. Ribuan orang telah mengikuti workshop-workshop INSIST
di berbagai belahan dunia (Indonesia, Malaysia, Mesir, Arab Saudi dan lain-lain).[13]
5.
Membuat
artikel, jurnal, buku, dan tulisan-tulisan yang membahas tentang Oksidentalisme.
Sejauh
pengetahuan penulis artikel, buku, dan tulisan-tulisan tentang Oksidentalisme
bisa dikatakan masih sangat minim. Hanya beberapa saja tulisan yang membahas Oksidentalisme.
Seperti, buku Oksidentalisme: Sikap Kita
terhadap Tradisi Barat, yang berupa terjemahan dari buku Muqaddimah
Fi ‘Ilm al-Istighrab karya Hassan Hanafi. Selain itu, ada juga terdapat
buku yang tampil dengan judul Oksidentalisme: Image Of The West yang
terbit tahun 1995. Pada tahun 2004, terbit buku yang berjudul Occidentalisme,
Het Westen in De Ogen Van Zijn Vijanden karya Ian Buruma dan diterbitkan
oleh penerbit Atlas, Amsterdam/Antswerpen.
Ada
juga artikel dan jurnal-jurnal yang muncul, seperti Majid Fakhry tentang Fundamentalisme
dan Oksidentalisme oleh Alef Theria Wasim, Orientalisme dan Oksidentalisme oleh
Muzairi, dan Oksidentalisme oleh Burhanuddin Daya. Ketiga artikel ini dapat
dianggap sebagai langkah awal memperkenalkan Oksidentalisme kepada masyarakat
akademik indonesia. Dan masih ada beberapa sedikit karya lagi yang masih belum
penulis sebutkan.
Pada masa sekarang ini orang-orang tahu bahwa media massa,
merupakan sentra dan pusat gambaran tentang posmodernisme dan sekaligus menjadi
penentu yang paling dominan bagi peradaban global di era manusia sekarang. Saat
ini media adalah penguasa dan tuan manusia. Sebab itu, visi dan misi media
massa sangat menentukan dan mewarnai dasar, arah, tujuan, dan corak
pencapaiannya. Media massa adalah juga alat kekuasaan, menonjolkan superioritas
budaya, mengusung ide yang ideal serta kenyataan faktual setelah dipoles
berdasarkan visi dan misi yang filosofis-politis. Ia juga merupakan senjata
yang sungguh-sungguh teramat penting bagi suatu negara, sepenting gudang
persenjataan untuk menaklukkan dan menundukkan suatu bangsa.[14]
Kegiatan publikasi Oksidentalisme juga tidak terlepas dari adanya
suatu media. Dan hal ini merupakan suatu keniscayaan. Dalam perjalanannya
kegiatan publikasi Oksidentalisme menggunakan berbagai media massa, baik cetak
maupun elektronik. Dari media cetak, publikasi telah dilakukan dengan
menerbitkan berbagai tulisan, artikel yang diterbitkan berbagai koran seperti
republika dan majalah seperti spanduk
dan iklan tentang berita adanya seminar atau kajian tentang Oksidentalisme,
buku-buku, dan lain-lain. Sedangkan dari media elektronik juga telah dilakukan
publikasi. Seperti video kajian yang ada di youtube dan situs-situs video
lainnya, adanya blog-blog atau webset yang berisi tulisan Oksidentalisme, dan
lain-lain.
C.
Penutup
Demikianlah pemaparkan tentang
kegiatan dan media publikasi Oksidentalisme yang ada selama ini dengan
sebatas kemampuan penulis. Dari tulisan diatas dapatlah kita ambil intisari
bahwa selama ini Oksidentalisme juga telah melalui berbagai kegiatan dan media
publikasi, seperti mengirim para mahasiswa dan mahasiswi untuk studi di negara-negara
Barat, mendatangkan guru, pengajar, dosen, dan cendekiawan Barat untuk mengajar
di daerah Timur, mendirikan sekolah, universitas, dan lembaga-lembaga lain yang
mengkaji Oksidentalisme, melakukan seminar, diskusi, pengajian, dan
kajian-kajian yang berkaitan dengan Oksidentalisme, dan membuat artikel,
jurnal, buku, dan tulisan-tulisan yang membahas tentanga Oksidentalisme. Semua
kegiatan ini dipublikasikan oleh berbagai media massa, baik cetak maupun
elektronik, seperti buku, artikel, situs-situs yang membahas Oksidentalisme.
Tulisan ini jauhlah dapat dikatakan sebagai sempurna. Penulis hanya bisa
berharap akan adanya kritikan dan saran dari pembaca, sehingga tulisan ini bisa
menjadi lebih baik lagi. Dan harapan penulis juga, semoga dari tulisan ini
pembaca dapat mendapatkan wawasan lebih tentang studi Oksidentalisme ini.
(Tulisan ini dibuat di Yogyakarta, 19 Juli 2013, bagi para agan yang ingin mengutip/menjadikannya sebagai rujukan tulisan ini silakan dituliskan nama penulis tulisan ini, n thank for your visit)
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin Daya, Pergumulan Timur Menyingkap Barat: Dasar-Dasar
Oksidentalisme, Yogyakarta: Suka Press, 2008
Http:/m.voa-Islam.com/news/indonesiana/2013/01/29/22949/anak-muda-INSIST-yang-mendunia-dan-menggetarkan-musuh-Islam/html.
Diakses pada hari Sabtu, 30 Maret 2013, pukul 8.23.
[1] Burhanuddin
Daya, Pergumulan Timur Menyingkap Barat: Dasar-Dasar Oksidentalisme, cet
I, (Yogyakarta: Suka Press, 2008), hlm 89.
[2] Ibid.,
hlm 88.
[3] Ibid.
[4] Ibid.,
hlm vii
[5] Ibid.,
hlm 87.
[6]
KBBI offline versi 1,3 tahun 2010-2011. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
versi offline mengacu pada data dari KBBI daring (edisi III).
[7] Ibid.
[8] Ibid.
[9] Ibid.,
hlm xvi.
[10] Ibid.,
hlm xvi.
[11] Ibid.,
hlm xvii.
[12] Ibid.,
hlm xvi.
[13] Http:/m.voa-Islam.com/news/indonesiana/2013/01/29/22949/anak-muda-INSIST-yang-mendunia-dan-menggetarkan-musuh-Islam/html.
Diakses pada hari Sabtu, 30 Maret 2013, pukul 8.23.
[14] Burhanuddin
Daya, Pergumulan Timur..., hlm
xiv.
0 comments
Post a Comment