Penulis telah mencari riwayat hidup beliau, mulai dari kelahiran, riwayat pendidikan dan karya-karya beliau, namun tidak banyak data atau informasi mengenai beliau. Hal ini menurut penulis, karena Salahuddin termasuk ulama yang kurang populer, karena Salahuddin lebih banyak berkonsentrasi pada hadis kaitannya dengan matan, yang dewasa ini, masih kalah perhatiannya dengan kajian sanad hadis.
Adapun
informasi yang penulis dapat mengenai beliau, sedikit banyak terdapat pada
majalah Ahmadiyah edisi ke-tiga. dalam majalah tersebut al-Adlabi
memberikan ulasan mengenai permasalahan meletakkan tangan kanan di atas tangan
kiri dalam shalat (Haml Yad al-Yumna ‘ala al-Yusra fi as-Shalah). Dalam tulisan
itu dinyatakan bahwa al-Adlabi dengan nama lengkap Shalahuddin ibn Ahmad
al-Adlabi adalah seorang dosen pada Fakultas Dirasah al-Islamiyah Wa
al-Arabiyah Dubai, juga menjadi pengajar di Universitas Imam Muhammad
Su’ud al-Islamyah, Riyadh. Juga mengajar di Fakultas al-Lughah
al-‘Arabiyah di Marakisy. Al-Adlabi lahir di Madinah pada tahun 1367 H/
1948 M. Beliau mendapatkan gelar doktor di bidang Ulum al-Islamiyah wa
al-Hadis di Dar al-Hadis dengan predikat Hasan jiddan pada tahun
1401 H/ 1980 M)[1].
Al-Adlabi merupakan ulama yang banyak memberikan pandangan terhadap
permasalahan-permasalahan agama ditinjau dari prespektif hadis. Al-Adlabi
kemudian lebih dikenal sebagai ulama yang memberi kontribusi besar dalam hal
kritik matan hadis.
Sejarah ulum
al-Hadis menunjukkan bahwa metode kritik matan pertama kali ditulis
dalam karya tersendiri oleh Ibn al-Qayyim (w. 751 H/ 1350 M) dalam bukunya al-Manar
al-Munif. Jadi sekitar 400 tahun setelah ulum al-Hadis berkembang.
Meski demikian terdapat juga kitab sebelumnya yang secara sepintas menaruh
perhatian pada kritik matan, seperti
kitab al-Ilal karya guru Imam Bukhari, Ibn Al-Madani. Namun kitab
ini ternyata lebih fokus terhadap kritik sanad. Setelah itu disusul oleh
az-Zarkasyi dengan karyanya al-Ijabah fi Ma istadrakathu as-Sayyidah Aisyah
Ala as-Shahabah yang lebih bersifat praktis. Namun kedua karya itu sangat
terbatas isinya bila dikaitkan dengan kebutuhan praktek kritik studi matan.
Kemudian muncullah karya al-Adlabi, Manhaj Naqd al-matan inda Ulama al-Hadis
an-Nabawi (1403 H/ 1983). Buku yang
membahas secara mendetail tentang kritik matan dibanding buku-buku lainnya,
tidak berlebihan jika dikatakan bahwa karya ini merupakan penilitan pertama
yang relatif lengkap tentang metode kritik matan[2].
Berdasarkan itu,
maka diketahui bahwa Shalahuddin bin Ahmad al-Adlabi termasuk ulama khalaf dalam
perkembangan ulama hadis, yaitu ulama pada abad ke 19 M. Namun pengaruh yang
diberikan oleh karya beliau ternyata cukup signifikan. Besarnya pengaruh karya
al-Adlabi ini antara lain bisa dilihat dari munculnya karya-karya dengan topik yang
sama di kemudian hari. Misalnya, karya Dr, Musfir Azmullah ad-Damini yang
berjudul Maqayis Naqd Mutun as-Sunnah (1404 H/ 1984 M) dan karya Dr.
Muhammad Thahir al-Jawabi yang berjudul Juhud al-Muhadditsun Fi Naqd Matn
al-Hadis an-Nabawi as-Syarif (1406 H/ 1986 M). bahkan ada kemungkinan
disertasi M. Syuhudi Ismail juga terinspirasi oleh karya al-Adlabi itu[3].
Karena sebelum M. Syuhudi Ismail membandingkan antara kritik sanad dalam
penelitian hadis dan kritik ekstern dalam penelitian sejarah, al-Adlabi sudah
lebih dahulu menyimpulkan bahwa kritik matan yang menjadi objek bahasannya itu
sepadan dengan kritik intern menurut para sejarawan[4].
Lebih dari itu, setelah bermunculannya konsep kritik matan karena pengaruh
karya al-Adlabi tersebut, ternyata terus memunculkan karya-karya tentang
dalalah hadis yang bertumpu pada kritik matan. Misalnya, karya Syaikh Muhammad
al-Ghazali yang berjudul as-Sunnah an-Nabawiyah Bain Ahl Fiqh wa Ahl
al-Hadis yang sempat menghebohkan itu[5].
Berdasarkan pengaruh yang besar itu, maka tidak salah jika penulis menyatakan
bahwa Shalahuddin bin Ahmad al-Adlabi, dengan karyanya Manhaj Naqd al-Matan
Inda Ulama al-Hadis an-Nabawi adalah bapak kritik matan yaitu orang yang
pertama kali membahas kritik matan secara komperhensif dan lebih mendalam, sama
dengan julukan bapak Maqashid as-Syari’ah yang diberikan kepada
as-Syatibi dengan karyanya yang fenomenal dalam bidang ushul fiqh
“al-Muwafaqat”[6].
Selain karya tersebut, al-Adlabi juga memiliki beberapa tulisan yang dimuat
secara berkala dalam bentuk artikel-artikel atau tulisan lepas, di antaranya: Kasyf
al-Ma’lum mimma summiya bi silsilah al-ahadits as-Shahih, Hadis la nikaha illa
bi waliyyi riwayatan wa dirayatan, ‘Aqaida al-Asya’irah fi Hawari Hadi’I ma’a
Syubhat al-Munawi’in, al-Bid’ah al-Mahmudah baina Syubhat al-Mani’in wa
istidlalat al-Mujizin, wa tahdid al-Qiblah fi Syimal Amrika Radda bihi ‘ala
al-Ahbasy, dan tulisan-tulisan lainnya[7].
[1] Majallah al-Ahmadiyah, Edisi ke-tiga, 1420 H, hlm. 95. Dalam tulisan lain terdapat tambahan
berupa nama asli beliau Shalahuddin Ahmad al-Adlabi al-halabi. Beliau juga
pernah mengunjungi kanada untuk daurah mengenai ulum al-hadis. Informasi
lain menyatakan beliau bermazhab Syafi’iyah, namun beliau tidak fanatik
terhadap mazhabnya, sehingga mazhabnya tidak mempengaruhi kajian hadis beliau.
Guru yang berpengaruh atas keilmuan beliau adalah Syaikh Abd al-Fatah yaitu
ulama yang terkenal sebagai orang yang membandingkan metode ulama mutaqaddimin
dan ulama muta’akkhirin dalam penilitan kesahihan hadis. Informasi ini bisa
dilihat di http://www.esnady.com/vb/showthread/
[2] Salahuddin Ibn Ahmad al-Adlabi, metode Kritik Matan
Hadis, alih bahasa: Ahmad Musyafiq dkk, (Jakarta : Gaya Media Pratama,
2004), hlm. vi
[3] M. Syuhudi Ismail adalah pakar hadis yang memberikan
kontribusi besar dalam perkembangan kritik sanad dan kritik intern untuk kritik
matan di Indonesia, beberapa bukunya mengenai hadis menjadi pegangan hingga
sekarang, dan buku yang menjadi master piece beliau adalah Kaedah Kesahehan
Sanad Hadis : Telaah Kritis dan Tinjauan Dengan Pendekatan Ilmu Sejarah.
[6] Ahmad Imam
Mawardi, Fiqih Minoritas; Fiqh al-Aqaliyyât dan evolusi maqâshid as-Syarî'ah
dari konsep ke pendekatan, cet. Ke-1 (Yogyakarta, LKIS, 2010), hlm. 200
1 comments
Pemikiran seseorang mengikuti latar belakang sebuah perjalan hidup,yang telah terangkai dalam merajuk dan menelusuri nilai-nilai khasanah warisan peninggalan san nabi saw.
Post a Comment